Minggu, 11 Januari 2015

Tidak ada yang bisa mengubah takdir, selain doa

Tidak ada yang bisa mengubah takdir, selain doa, karena doa memiliki kekuatan yang sangat besar. Hadapi ujian hidup dengan perbanyak doa, jangan biasakan ngedumelatau marah karena itu ciri orang yang tidak sabar. Dengan memamerkan dan membesar-besarkan derita, kita akan asli menderita. Padahal, pahala ibadah orang yang menderita itu lebih besar ketimbang orang yang senang.
Untuk mencapai ketenangan batin dan meminta Allah yang membantu menyelesaikan urusan kita. “Hidup terasa berat, karena kita sibuk dengan masalah itu, bukan menyerahkannya pada-Nya,” tegasnya.
Pertama yaitu hati harus “tulus”. Jika melakukan ibadah atau amal perbuatan harus ikhlas, jangan ingin dipuji, jangan ingin diketahui orang, jangan ingin dihargai orang, dan jangan ingin balasan budi. “Lakukan, lupakan! Setelah melakukan amal perbuatan karena Allah swt, tips orang bahagia itu jangan ingin dipuji dan tidak takut dicaci. Kalau mencari pujian dari orang dan takut dicaci, hidup pasti susah. Just the way you are!“
Kedua, ibadah harus “bagus”. Sesulit apa pun keadaan hidup kita, tetap utamakan ibadah. Karena ibadah dalam kesulitan itu pahalanya lebih besar, jika pun harus nyuri waktu sholat, usahakan jaga wudhu kita. Meskipun tidak bisa sholat on time, Allah Mahatahu, setidaknya sadar atau ingat saat kita masuk waktu sholat, minta kepada Allah agar dimudahkan.
Ketiga, hidup harus “lurus”, ihdinnas sirathalmustaqim, menapaki jalan lurus. Jika Allah suka, lakukan! Jika tidak, tinggalkan! Jangan takut jika kita baik, pasti Allah Swt lebih baik. Rasakan, jika kita hidup dalam jalan yang salah, atau melakukan kesalahan pasti hati gelisah karena Allah tidak menyukainya, jadi lakukan hal yang disukai Allah Swt –sholat, puasa, sedekah, dan ibadah lainnya.
Keempat, ikhtiar harus “serius”, yaitu niatnya benar dan caranya juga benar, maka akan jadi pahala. Berusaha semaksimal mungkin, lalu serahkan hasilnya pada kehendak Allah. Kisah Siti Hajar yang yakin bahwa dia ditinggalkan Nabi Ibrahim as, karena perintah Allah. Jika Allah berkehendak, pasti Dia juga yang bertanggungjawab atasnya. Tapi Siti Hajar berlari sebanyak tujuh putaran (bukit Sofa-Marwah) untuk mencari sumber air (zam-zam), kenapa tidak sekali saja? Itulah ikhtiar yang serius dan pasrah pada kehendak Tuhan yang mengharuskannya berputar hingga tujuh kali.
Kelima, yaitu tobat “terus-menerus”. Ibarat nyetir mobil, tapi kacanya kotor. Maka kita ragu, takut, gelisah, bukan karena tidak ada jalan, tapi karena tidak bisa melihat jalan. Dengan membersihkan kaca (tobat), kita bisa nyaman menjalani hidup karena tahu arah yang akan dituju yaitu Allah Swt.
 “Sukses dunia bisa dimiliki setiap orang, bahkan pendosa sekalipun. Tidak sembarang orang bisa memiliki ketenangan dalam hidup, dan kesuksesan yang paling tinggi adalah mulia di mata Allah Swt, yaitu menjadi orang bertakwa. Untuk menjadi manusia sukses, harus optimis dan optimis, itu bisa kita raih saat menggantungakan semua urusan pada Allah, jangan berburuk sangka pada-Nya yakinlah Dia tahu yang terbaik untuk kita. Rumusnya, CSB (Cepat, Sering, Bulat) yakin kepada kuasa-Nya, semakin kita yakin, semakin hidup kita tenang,”
“Robbanaa aatinaa milladunka rohmatan wahayi’ lanaa min amrinaa rosyada, yaa hayyu yaa qayuum birohmatika astaghist, wa’aslihi sya’ni kulahu walaatakilni turfat’aiin, robbis rohlii sodria wayassirlai amrai, wahlul uqdatan millisaanii yafqahuu qaulii”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar