Jumat, 10 Februari 2012

Refleksi Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW


12 Rabi’ul Awwal 1432 H dalam penanggalan Islam (Hijriah). Pada tanggal tersebut, Nabi junjungan kita Muhammad SAW dilahirkan tepatnya tanggal 20 April 671 M. Nabi Muhammad SAW dilahirkan dari seorang wanita bernama Siti Aminah dan seorang ayah bernama Abdullah adalah untuk memberi rahmat bagi seluruh alam.  Kata rahmat mengandung makna keberuntungan, keberkahan, kebaikan dan kesejahteraan dalam segala bidang kehidupan baik sosial ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan lain sebagainya. Semoga shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada beliau beserta keluarga dan sahabatnya.
Tanggal 12 Rabi’ul Awwal seantero Indonesia hususnya menjadikan hari Libur Nasional guna memperingati kelahiran Sang Nabi junjungan alam Nabi Muhammad SAW atau yang dikenal dengan istilah Maulid Nabi  dalam alqur’an maupun hadits tidak ada anjuran  hari kelahirannya  diperingati. Tetapi, merujuk pada sejarah, di era kekhalifahan juga pernah diadakan peringatan kelahiran Nabi SAW. Peringatan maulid nabi tidak semata merupakan bentuk kegiatan ceremony belaka melainkan juga termasuk inti keimanan kita kepada Allah dan tidak sama dengan perayaan hari ulang tahun kita sebagai ummatnya. Menurut seorang ulama Syeikh Zainuddin al- Milbari menjelaskan kegiatan maulid Nabi SAW merupakan Inti dari pada Iman yang merupakan bukti kecintaan ummat kepada Nabinya kemudian merupakan manifestasi  memuliakan Nabinya.
Di kehidupan masa kini, peringatan nabi dilaksanakan dengan berbagai cara tergantung selera, kemampuan, keinginan masyarakat yang menyelenggarakannya, di kota maupun di kampung-kampung terlihat semarak maulid dengan menggelar pengajian pengajian ataupun sekedar makan-makan nasi kuning yang identik dengan nasi maulidan, momentum bersejarah ini perlu dipertahankan dalam rangka menyegarkan, meningkatkan serta memperbaharui keyakinan, perwujudan rasa cinta  serta mengamalkan ajaran Rasulullah SAW. Seorang Doctor ilmu tafsir al-Qur’an TGH.Dr.M.Zainul Majdi,MA mengatakan bahwa salah satu bukti kita cinta kepada Nabi SAW adalah dengan mencintai sunnah beliau artinya sebagai ummat maka konsekwensinya adalah mengamalkan ajarannya, sunnah-sunnahnya.
Syaikh Dr. Yusuf Al Qardhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam situs beliau:“Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.”
Allah SWT memilih Nabi Muhammad bin Abdullah untuk mengemban Risalah Islam karena akhlak dan watak Nabi Muhammad SAW yang mulia serta kemanusiaannya yang luhur dan sangat berpengaruh dalam mengorbankan revolusi terbesar dan termulia yang pernah dikenal manusia sejak Allah SWT memerintahkan Adam dan Hawa turun dari Surga hingga saat ini. Dakwah yang diusung Nabi Muhammad SAW adalah revolusi moral. Kelahiran Muhammad SAW ditengah-tengah kebiadaban akhlak jahiliyah bangsa arab saat ini telah membawa cahaya seperti rembulan yang menerangi jiwa-jiwa yang gersang yang tiada mamiliki iman di dadanya. Nabi SAW tumbuh dan berkembang dengan selalu menunjukkan budi pekerti dan akhlak yang sempurna, pola ucap, sikap, dan tindaknya seirama sehingga itulah yang menyebabkan simpati semua kalangan. Ia diutus ke muka bumi sebagai revolosioner akhlak manusia yang saat itu telah melampaui batas dengan kata lain diutus sebagai penyempurna akhlak manusia di muka bumi seperti sabdanya : Innama bu’itstu li utammima makarima al-akhlak : “ Bahwa sesungguhnya aku diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Dan ketika Siti aisyah Istri Rasulullah SAW ditanya oleh para sahabat apakah akhlak Rasululah SAW itu ? Siti Aisyah menjawab “ Kana Khulukuhul Qur’an “ : Bahwa akhlak Rasulullah SAW ialah Al Qur’an.
Ditengah krisis ketokohan dan percontohan pada bangsa saat ini maka sebagai umat islam haruslah menjadikan akhlak Nabi SAW sebagi contoh dan teladan dalam segala aspek kehidupan. Allah SWT menyatakan ‘laqad kana lakum fi rasulillah uswatun hasanah’ ; sesunguhnya pada diri Rasulullah SAW terdapat tauladan yang baik untuk kamu sekalian. (QS. Al-Ahzab,33:21).
Seorang pemikir islam berkebangsaan India, Abu A’la al-Maududi menejelaskan kepribadian Rasulullah SAW : He is the only one personality that all excellences have been blended in him. Artinya Ia (Muhammad) adalah satu-satunya pribadi dimana seluruh keunggulan kualitas terdapat pada dirinya.
Rasulullah adalah sosok manusia yang sempurna (perfect personality) dan tauladan dalam setiap lini kehidupan ; disaat masih kanak-kanak ia telah menujukkan sifat taawun atau sifat membantu pada saat itu beliau sering membantu pamannya menggembala kambing, beliau juga tidak pernah menujukkan prilaku kurang baik seperti menyembah berhala, berjudi, minum minuman keras , dzalim, iri hati jahat dan keji. Beliau terpelihara kesuciannya oleh Allah. Dan sebagai anak yatim yang tinggalkan ayahnya sejak masih dalam kandungan dan ditinggalkan ibunya sejak umur enam tahun beliau tidak pernah putus asa, patah hati maupun merasakan kesedihan yang mendalam, beliau selalu memperlihatkan ketegaran, ketabahan dan semangat yang tinggi.
Disaat beliau di rumah berada ditengah-tengah keluarganya beliau sosok yang bertanggung jawab,mencintai istri/anak dan romantis. Kepada istrinya Siti Aisyah beliau selalu memanggilnya “ Ya Humaira : wahai bunga mawar yang sedang mekar. Anas bin Malik RA (Khadim Rasul)  menceritakan bahwasanya ia tidak pernah mendengar pertengkaran di dalam kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW, beliau adalah kepala keluarga yang baik dan bertanggung jawab , pemimpin yang kharismatik dan berwibawa tidak hanya pada istrinya beliau juga menghargai dan menghormati wanita, ia menganggapnya sebagai tiang Negara ( Al mar’ah imad al Bilad ) dan dianggap sebagai madrasah ( al Umm madrasah idza ‘adadtaha khairan, ‘adadta syu’ban khairan ; Ibu (wanita) itu bagaikan madrasah, jika engkau menyiapkan dengan baik maka berarti telah menyiapkan generasi muda masa depan yang baik). Dengan memberikan perhatian kepada para wanita maka peran penting yang dilaksanakan oleh kaum wanita berjalan dengan baik. Beliaulah satu-satunya yang menujukkan kepeduliannya terhadap wanita dimana pada zaman itu masyarakat jahiliyah tak segan-segan menguburkan hidup-hidup anak perempuannya apabila istrinya melahirkan perempuan karena mereka merasa malu punya keluarga wanita.
Selanjutnya Nabi SAW memperlihatkan akhlak mulianya dalam masalah pertempuran dan diplomasi. Rasulullah tampil langsung sebagai panglima perang yang tangguh, ahli taktik dan strategi dan sebagai diplomat yang handal. Sebagaian besar peperangan yang dipimpin oleh Rasulullah SAW mencapai kemenangan . sebagai diplomat beliau telah berhasil menyatukan suku-suku bangsa Arab yang saling bertempur hingga menjadi satu kekuatan yang hebat. Ia juga berhasil melakukan perundingan atau membuat Memorandum of Understanding atau nota kesepahaman yang disebut Perjanjian Khudaibah ataupun Piagam Madiah. Meski beliau adalah seorang Nabi dan Kepala pemerintahan beliau selalu menujukkan akhlak yang santun, bersikap tegas dan berhasil melakukan revolusi secara damai. Sedemikian mulia dan keberhasilan Rasulullah SAW maka pantas Michael H. Hart dalam bukunya “The 100” pada tahun 1978 seorang orientalis keturunan Yahudi menempatkan nama beliau menjadi orang pertama dari 100 tokoh paling berpengaruh di dunia. Beliau telah berhasil menyebarkan agama Islam, menjadi penguasa Arabia, mempunyai karir politik dan keagamaan yang luar biasa, namun tetap seimbang dan serasi dan itulah yang menyebabkan beliau mempunyai banyak pengikut setia dan menjadi panutan hingga akhir zaman.
Rasullulah SAW juga merupakan seorang ahli pendidik atau pengajar yang berhasil menempa para sahabat-sahabatnya sehingga mereka banyak menjadi pengahapal al-Qur’an, dan juga menjadi khalifah yang tersebar ke seluruh negeri Arab pada saat itu. Seperti yang disebutkan oleh Ziauddin Alavi bahwa Rasulullah merupakan guru pertama dalam islam, beliau menggunakan masjid Nabawi sebagai tempat mengajarkan Al Qur’an dan masalah-masalah keimanan, ketakwaan, akhlak dan masalah sosial, politik, ekonomi, budaya dan pertahanan. Ajarannya selalu up to date (kekinian) dan sesuai dengan zaman.
Keberhasilan beliau tiada lain disebabkan oleh kepiawaiannya dalam mengajar, mendidik, menyampaikan sehingga para sahabat mudah untuk menerimanya. Beliau juga meski sebagai guru  tidak pernah arrogant atau sombong, selalu menunjukkan kepada sahabat sifat beliau yang arif, bersahaja, bersabat, bijak dan manis bahasanya seperti contoh beliau sering memanggil sahabat dengan panggilan yang menyenangkan hati seperti panggilan kepada Sahabatnya sayyidina Abu Bakar yaitu al-Shiddiq (orang yang jujur), sayyidina umar diberi gelar al-Faruq (pemisah yang benar dan salah), sayyidina Usman diberi gelar Dzun Nurain ( memiliki dua cahaya) dan sayyidina Ali diberi gelar Karramallahu Wajhah (semoga Allah memuliakannya)
Beliau juga seorang ahli ibadah, meski telah menjadi nabi yang ma’shum dari dosa namun beliau setiap hari tidak pernah luput dari ibadah, mendekatkan diri kepada Allah, ia selalu berzikir, shalat malam, meminta ampunan kepada Allah. Sampai Siti Aisyah istrinya bertanya “ Bukankah engkau seorang rasul yang dipelihara oleh Tuhan dan di cintaiNya?”. Beliau menjawab dengan balik bertanya “ Apakah engkau tidak suka jika aku manjadi hamba yang paling bersyukur ?, selain itu beliau setiap hari meminta ampun atau membaca Istigfar tidak kurang seratus kali dalam sehari. Inilah sikap taubat atau menyadari kekurangan, kesalahan sepatutnya dilestarikan.
Disamping itu juga beliau senantiasa memberikan teladan dalam kerukunan dari segi hubungan sosial bermasyarakat. Beliau pernah bersabda dihadapan para sahabatnya yang artinya “ Carilah kemulyaan di hadapan Allah. Lantas para sahabat bertanya : bagaimana caranya wahai Rasulullah ? nabi menjawab : sambunglah hubungan yang sempat terputus, berikanlah hadiah terhadap orang yang belum pernah memberikan sesuatu kepadamu dan bersikaplah ramah terhadap orang yang membodohimu”. Sikap ini jelas memperlihatkan sikap toleransi antar sesama mahluk ciptaan Allah. Karena hal sesungguhnya yang membedakan kita dihadapan Allah adalah takwa.
Keadaan akhlak manusia di akhir zaman ini semakin jauh nari nilai-nilai al-Qur’an dan sunnah Nabi sehingga manusia semakin jauh dengan tuhan serta nabinya dan menjadikan harta sebagai pujaannya. Kenyataan ini disebabkan belum sungguh-sungguhnya kita dalam meneladani Rasulullah SAW dalam setiap sendi kehidupan, marilah kita jadikan beliau sebagai Bintang Idola Pujaan Hati bukan sebaliknya menjadikan bintang-bintang sinetron, pemain bola, artis maupun penyanyi sebagai pujaan hati.
Marilah kita umat islam bangkit dari ketepurukan dan keterbelakangan  lewat momentum bersejarah maulid Nabi Muhammad SAW ummat Islam kembali kepada khittah Islam yang sebenarnya dan introspeksi diri sejauh mana kita telah membuktikan kecintaan kita kepada Sang Idola Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, jika kondisi kehidupan kita ingin berubah, maka yang harus kita lakukan adalah mau dan berani merubah kebiasaan hidup kita ini.
Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah segala sesuatu yang ada pada diri mereka sendiri” (QS.23. Ar-Ra’du : 11).
Imam Ibnu ‘Atho’illah dalam kitab Al-Hikam menyatakan :“Bagaimana mungkin keadaanmu akan berubah menjadi luar biasa, sedangkan kamu belum mau merubah kebiasaan-kebiasaan hidupmu”.
Kebiasaan mengabaikan dan menyepelekan uswah hasnah Rasulullah SAW menyebabkan kemunduran derajat hidup. Maka masukkan ruh akhlak beliau dalam kehidupan kita maka Insyaallah kita akan mendapat syafaat beliau kelak. “ Allohumma sholli ala sayyidina Muhammad” . Wallahu a’lam bissawab.

Rabu, 08 Februari 2012


DUA JURUS DAHSYAT IKHLAS DAN TAWAKKAL - Allah telah mengatur rezeki untuk hamba-hamba-Nya. Tak ada yang memberi rezeki kepada kita selain Allah. Allah yang berkehendak melapangkan dan mempersempit rezeki untuk hamba-hamba-Nya. Katakanlah, “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki diantara hamba-hamba-Nya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yan terbaik.(Q.S Saba’ [34]: 39). Rizkipun tak hanya berupa harta. Iman di hati kita adalah rizki dari Allah yang sungguh tak ternilai harganya!

Tetaplah berusaha maksimal dalam menjemput rezeki dari Allah, jangan pernah kehilangan harapan dan berputus asa, iringi selalu dengan ikhlas dan tawakal kepada-Nya. Ikhlas dan bertawakkal ?, Tentang ikhlas dan tawakal…ada beberapa sahabat rekanan yang pernah berkisah :
  1. Astaghfirullahaladzim… Akupun tersadar. Mengapa diri ini begitu ngotot mencari batu cincin itu, Ya Allah… aku ikhlas jika memang batu cincin itu hilang, mungkin memang bukan rezekiku. Ucapku dalam hati. Selesai berucap seperti itu, tiba-tiba kulihat sebuah benda berkilat-kilat di lantai. Batu cincin itu! Tergeletak di lantai tak jauh dariku!
  2. ketika kita ikhlas, dan menyerahkan semua kepada Allah hidup menjadi lebih mudah! Contohnya nih, beberapa waktu lalu dompetku tertinggal di Taxi. Aku tak dapat berbuat apa-apa. Akhirnya kuikhlaskan, kuserahkan kepada Allah. Dan apa yang terjadi? Tak lama kemudian supir taxi tadi menelponku (Nomer telponku ada di dompet) dan ternyata dia mau mengantarkan dompetku yang tertinggal di taxinya ke rumah! Nah, sekarang dalam segala hal aku selalu berusaha ikhlas dan tawakal. Percaya nggak, kalau dulu aku susah banget nyari parkir di Mall, tapi dengan ikhlas dan tawakal aku selalu gampang loh dapetin parkir di Mall ” tambahnya sambil tersenyum…

Bagaimana jika tidak ?, Allah maha mengetahui, kesabaran yang menguji sudah di sesuaikan dengan kadar keimanan, selama syaratnya kita memiliki dua itu tadi...Ikhlas dan tawakkal. Balasan Allah SWT yang maha baik tentu lebih baik dari apa yang tidak kita duga, dan menjadi amal shaleh, mengangkat derajat, menghapus dosa kesalahan bahkan bisa jadi ada musibah dimana dengan kejadian pahit kita dihindarkan dari musibah oleh Allah SWT. Tugas kita sebagai seorang hamba selalu berprasangka baik, ikhlas dan bertawakkal bila segala sesuatunya mentok serahin aja ke Allah. Allahu a'lam