Kamis, 05 April 2012

LADANG IBADAH SEORANG IBU




 

Manakala seorang muslimah masuk ke dalam gerbang pernikahan, dia masuk ke dalam ladang ibadah, betapa tidak sementara pernikahan itu sendiri pada dasarnya merupakan ibadah. Ketaatan dan kepatuhan muslimah kepada suami, pelayanan dan pengabdiannya kepadanya, usahanya untuk membuat suami rela dan bahagia, semua itu menyaingi dan menandingi ibadah-ibadah besar semacam jihad, haji, menghadiri Jum’at dan jamaah. Bahkan respon baik yang ditunjukkan seorang istri kepada suami pada saat suaminya menginginkan dirinya merupakan lahan ibadah untuk mereka berdua.

Lahan ini akan semakin meluas manakala Allah berkenan menitipkan buah hati hasil kasih sayang suami istri. Seorang muslimah memperoleh kesibukan atau tugas baru sebagai calon ibu. Menjaga anak di dalam kandungannya selama sembilan bulan. Melahirkannya ke alam dunia dengan susah payah. Menyusui, merawatnya dan mendidiknya sehingga anak mampu melakukan kebutuhannya sehari-hari. Semua ini merupakan ladang pahala bagi ibu yang lebar lagi subur, tiada tertandingi dan tidak diraih bahkan oleh suami sekali pun. Belum lagi dalam keadaan demikian, suami juga menuntut haknya yang mengharuskan istri menunaikan kewajibannya. Belum lagi jika sang adik menyusul, adiknya lagi menyusul dan seterusnya.

Tidak dipungkiri bahwa semua itu merupakan peluang ibadah yang lebar bagi ibu jika dijalani dengan keikhlasan dan kelapangan hati. Namun semua itu adalah lahan ibadah hablum minan nas, terkait dengan manusia dan dalam hal ini adalah manusia terdekat dengan sang ibu, keluarga: suami dan anak-anak. Terkadang masih terlintas di benak ibu, di mana hablum minallah? Padahal idealnya adalah keseimbangan antara kedua hak dan kewajiban tersebut. Tidak jarang sang ibu merasa kurangnya alokasi waktu untuk kewajiban yang kedua ini atau dia melihat rada sulit untuk menyeimbangkan keduanya karena kesibukan yang pada umumnya sudah tersedot kepada kewajiban yang pertama.

Ibu tidak perlu cemas dan khawatir, masih ada cela dan peluang untuk dimanfaatkan, kembali kepada kita sendiri, bersediakah kita memanfaatkan cela walaupun itu tidaklah lebar, maukah kita menggunakan peluang meskipun ia juga tidak banyak. Kuncinya adalah kita sendiri. Baik-baik memanfaatkan dan mengatur. Inilah beberapa lahan ibadah yang relatif mudah bagi ibu di sela-sela kesibukannya sebagai ibu dan dia bisa mengerjakannya di rumah.

1- Menjaga shalat lima waktu

Ini adalah ladang ibadah bagi seorang ibu. Penulis mengerti bahwa seorang muslimah niscaya shalat. Namun terkadang, karena kesibukan mengurusi sana-sini di dalam rumah, seorang muslimah baru bisa shalat pada saat waktu hampir habis. Ini jangan sampai terjadi. Di sini perlunya seorang ibu memanfaatkan waktu jeda di sela-sela kesibukannya. Akan lebih utama jika ibu bisa melaksanakan shalat di awal waktu karena dengan itu dia telah menunaikan hak Rabbnya dan setelahnya dia bisa fokus kepada kesibukannya tanpa terbebani kewajiban yang belum tertunaikan.

Dari Abdurrahman bin Auf berkata, Rasulullah saw bersabda,

إِذَا صَلَّتِ المَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الجَنَّةِ شَاءَتْ .

Jika seorang wanita menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya dan menaati suaminya, niscaya dia masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan.”(HR. Ahmad nomor 1661, hadits hasan lighairihi).

Perhatikanlah wahai ibu bagaimana Nabi saw menjadikan menjaga shalat dari seorang wanita muslimah termasuk ibu sebagai salah satu sebab diraihnya surga Allah. Maka tidak lagi ada alasan setelah ini dengan sibuk ini, sibuk itu sehingga ibadah yang mulia ini terbengkalai.

Penting pula diperhatikan bagi ibu terkait dengan menjaga shalat fardhu ini, yaitu menjaga shalat penyempurnanya, shalat rawatib qabliyah dan ba’diyah terutama yang muakkad yaitu sepuluh rakaat: dua sebelum Shubuh, dua sebelum Zhuhur dan dua setelahnya, dua ba’da Maghrib dan dua ba’da Isya`. Dari sepuluh ini yang paling muakkad lagi adalah dua qabla Shubuh, di mana Nabi saw menyatakan bahwa ia lebih utama daripada dunia dan segala isinya.

Penting pula diperhatikan oleh ibu terkait dengan menjaga shalat, bahwa sebaik-baik tempat shalat bagi wanita adalah rumahnya, meskipun hadir ke masjid untuk shalat tidak dilarang, namun yang lebih utama bagi ibu adalah rumah. Semakin tersembunyi tempat shalat bagi seorang wanita, semakin utama tempat tersebut.

Dari Ummu Salamah dari Nabi saw bersabda, “Sebaik-baik masjid (tempat shalat) bagi wanita adalah di dalam rumahnya.” (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaemah dan al-Hakim, dia berkata, “Sanadnya shahih.”).

Hanya dengan satu nomor ini seorang ibu bisa merengkuh tiga keutamaan sekaligus. Menjaga shalat lima waktu, menjaga shalat rawatib dan melaksanakannya di tempat terbaik yaitu rumah.

2- Melaksanakan shalat penunjang

Maksud penulis adalah shalat-shalat yang tidak berbarengan dengan shalat-shalat fardhu, seperti shalat dhuha, dua rakaat sunnah adzan, dua rakaat ba’da wudhu, shalat witir, qiyamul lail. Shalat ini mempunyai keutamaan-keutamaan tersendiri secara khusus di samping keutamaan umum yaitu menambal kekurangan yang terjadi di dalam shalat fardhu.

Shalat dhuha misalnya, waktunya sesuai dengan namanya yaitu waktu dhuha. Pada waktu tersebut biasanya ibu mempunyai jeda waktu. Pekerjaan rumah biasanya sudah rampung, suami berangkat kerja, anak-anak di sekolah, kalau anak masih menyusu biasanya pada waktu tersebut dia sedang tidur. Inilah peluang bagi ibu. Hendaknya dia tidak menyia-nyiakannya. Cukup dua rakaat atau empat rakaat saja. Tidak mengambil waktu lama bukan?

Cukup disayangkan jika shalat ini dilewatkan begitu saja, karena ia adalah shalat awwabin, orang-orang yang selalu kembali kepada Allah dengan taubat. Ia adalah salah satu wasiat Rasulullah saw kepada Abu Hurairah yang selalu dia jaga. Ia mencukupi kewajiban sedekah setiap pagi untuk setiap pensendian Bani Adam yang berjumlah tiga ratus enam puluh. Ia adalah penjamin meraih jaminan pencukupan dari Allah di akhir hari. Semua keutamaan ini diriwayatkan secara shahih dari Nabi saw. (Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib karya Syaikh al-Albani buku ke 2 terbitan Pustaka Sahifa Jakarta).

Shalat witir misalnya, ia adalah shalat yang dicintai oleh Allah karena Allah adalah witir. Ia adalah shalat ahlul qur’an, demikian Nabi saw berbicara kepada mereka pada saat beliau menganjurkan shalat ini. Ia adalah salah satu wasiat Rasulullah saw kepada Abu Hurairah yang selalu dia jaga. Agar lebih mudah maka ibu bisa melaksanakan shalat ini setelah shalat Isya` atau sebelum tidur, seperti yang dilakukan oleh Abu Hurairah.

Dua rakaat ba’da wudhu misalnya, jika ia dilaksanakan dengan khusu’ maka ia menjadi sebab ampunan bagi dosa-dosa yang telah berlalu, sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Usman bin Affan berkata, “Aku melihat Rasulullah saw berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian beliau bersabda, ‘Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini kemudian shalat dua rakaat tanpa berbicara kepada dirinya –maksudnya adalah khusu’- di dalamnya maka dosanya yang telah berlalu diampuni.

Shalat ini yang menjadikan Bilal masuk surga di mana Nabi saw mendengar suara sepasang sandalnya. Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda kepada Bilal, “Wahai Bilal, katakan kepadaku tentang amalan yang paling bisa diharapkan yang kamu lakukan dalam Islam, karena aku mendengar suara kedua sandalmu di depanku di surga.” Bilal menjawab, “Aku tidak melakukan suatu amal yang paling bisa diharapkan menurutku daripada shalat sebanyak apa yang telah ditulis bagiku untuk melakukannya dan itu aku lakukan setiap aku bersuci kapan pun, di suatu waktu di malam atau siang hari.”

Bersedekah

Bersedekah secara umum dianjurkan, tidak sedikit ayat-ayat dan hadits-hadits yang mendorong kaum muslimin untuk bersedekah. Anjuran ini mencakup kaum wanita atau para ibu. Bahkan secara khusus Rasulullah saw memerintahkan para wanita agar bersedekah, beliau menjelaskan bahwa salah satu hikmahnya adalah menjaga dari api neraka.
Beliau bersabda,

ياَ مَعْشَرَ النِسَاء تَصَدَّقنَ فَإِنِّي رَأَيتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَار
Wahai kaum wanita, bersedekalah karena aku melihat penghuni neraka terbanyak adalah kalian.”(HR. Al-Bukhari).

Bersedekah ini jika dilakukan oleh ibu di rumah, maka hal tersebut merupakan keteladanan yang baik sekaligus penanaman amal shalih pada jiwa anak-anak, sambil bersedekah, ibu bisa menjelaskan kepada anaknya anjuran bersedekah, pahalanya dan faidahnya. Hal ini akan lebih melekat dalam diri anak, karena dia mendapatkan pengetahuan yang langsung diikuti dengan praktek. Di samping itu ia merupakan dorongan secara tidak langsung kepada suaminya. Dengan begitu ibu membuka jalan kebaikan bagi keluarga.

Bagaimana jika ibu tidak mempunyai penghasilan sendiri? Tidak perlu cemas karena dia tetap bisa menyisihkan sebagian dari hasil keringat suami dengan seizinnya tanpa merusak ekonomi keluarga. Dengan itu dia tetap meraih pahalanya dan suami juga meraih pahalanya.

Dari Aisyah berkata, Nabi saw bersabda, “Apabila seorang wanita menginfakkan makanan dari rumahnya tanpa merusak maka dia mendapatkan pahalanya dengan apa yang telah dia infakkan itu dan suaminya pun mendapatkan pahala karena dialah yang berusaha.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dari Amru bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya dari Nabi saw bersabda, “Jika seorang wanita bersedekah dari rumah suaminya, maka dia mendapatkan pahala dan suaminya juga demikian. Pahala masing-masing tidak mengurangi pahala yang lain. Suami meraih pahala karena hasil usahanya, sedangkan istri meraih pahala dari apa yang disedekahkannya.” (HR. At-Tirmidzi dan dia berkata, “Hadits hasan.”).

Keluarga saya pas-pasan, bagaimana bisa kami bersedekah, sulit bagi keluarga seperti kami ini untuk bersedekah, paling-paling yang bisa kami sedekahkan adalah sesuatu yang remeh. Pertanyaan seperti ini terkadang terbetik dalam benak beberapa orang.
Begini kawan, walaupun keluarga Anda tergolong pas-pasan, Anda tetap bisa bersedekah, tentu sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada, tidak perlu memaksakan, karena Allah hanya membebani seseorang sebatas kemampuannya, jangan merasa remeh terhadap apa yang akan disedekahkan.
Perhatikanlah sabda Nabi saw berikut niscaya rasa minder Anda untuk bersedekah agar berganti dengan kepercayaan diri yang kuat.

اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَة
Berlindunglah kalian dari api neraka walaupun hanya dengan bersedekah separuh kurma.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Nasihat ini Rasulullah saw katakan kepada istri yang paling beliau cintai. Beliau bersabda, “Wahai Aisyah, berlindunglah dari api neraka walaupun hanya dengan bersedekah separuh kurma, karena ia menutupi hajat orang lapar sebagaimana ia menutupi hajat orang kenyang.” (HR. Ahmad. Al-Albani berkata, “Hasan lighairihi.”).

Seorang wanita, Ummu Bujayyid berkata kepada Nabi saw, “Ya Rasulullah, seorang miskin berdiri di pintu rumahku, namun aku tidak mempunyai apa pun yang bisa aku berikan kepadanya.” Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu tidak mempunyai apa pun selain telapak kaki sapi atau kambing yang dibakar maka berikanlah ia kepadanya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Khuzaemah. Al-Albani berkata, “Shahih.”).

Nasihat ini diumumkan oleh Rasulullah saw kepada para wanita, beliau bersabda, “Wahai wanita-wanita muslimah, janganlah seorang tetangga merasa remeh untuk memberikan sesuatu kepada tetangganya walaupun ia hanya telapak kaki kambing.” (Muttafaq alaihi).

Dalam pandangan sebagian dari kita, apa artinya sebiji kurma? Alih-alih separuhnya? Apalah arti telapak kaki kambing yang hanya tulang semata? Tetapi itu dalam pandangan kita yang terbatas, lain perkara menurut pandangan Rasulullah saw, separuh biji kurma pun bisa melindungi seseorang dari api neraka. Telapak kaki kambing yang hanya tulang semata bisa berpahala besar dengan niat ikhlas karena Allah Ta'ala semata. Masihkah Anda belum percaya diri? Semoga tidak.

Ada satu hal lagi yang penting untuk diperhatikan oleh ibu, hendaknya dia memperhatikan di mana dia meletakkan sedekahnya, karena dengan hal ini dia bisa merengkuh tidak hanya satu keutamaan tetapi lebih, ibarat sekali dayung dua pulau terlampaui.

Silakan membaca hadits Nabi saw ini,

الصَدَقَةُ عَلىَ المِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ وَعَلىَ ذِيْ الرَّحِمِ صَدَقَةٌ وَ صِلَةٌ
Sedekah kepada orang miskin adalah satu nilai sedekah, sedangkan kepada kerabat adalah dua nilai, yaitu sedekah dan jalinan silaturrahim.” (HR. An-Nasa`i dan at-Tirmidzi. Al-Albani berkata, “Hasan shahih.”).
Termasuk sedekah dengan dua nilai adalah sedekah yang ditanyakan oleh dua wanita sahabat, seorang wanita Anshar dan Zaenab istri Ibnu Mas'ud melalui Bilal, “Bolehkah bersedekah kepada suami mereka berdua dan kepada anak-anak yatim dalam pemeliharan mereka berdua?” Rasulullah saw menjawab, “Mereka berdua meraih dua pahala, pahala kerabat dan pahala sedekah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Wallahu a'lam.

INGAT PESAN NABI, SUAMI MU ADALAH SURGA DAN NERAKA MU

INGAT PESAN NABI, SUAMI MU ADALAH SURGA DAN NERAKA MU



“Wanita merupakan mayoritas penduduk neraka.” Demikian disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam setelah shalat gerhana ketika terjadi gerhana matahari. Ajaib… !! wanita sangat dimuliakan di mata Islam, bahkan seorang ibu memperoleh hak untuk dihormati tiga kali lebih besar ketimbang ayah. Sosok yang dimuliakan, namun malah menjadi penghuni mayoritas neraka. Bagaimana ini terjadi?
“Karena kekufuran mereka,” jawab Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika para shahabat bertanya mengapa hal itu bisa terjadi.

Apakah mereka mengingkari Allah?

Bukan, mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya. Andaikata seorang suami berbuat kebaikan sepanjang masa, kemudian seorang istri melihat sesuatu yang tidak disenanginya dari seorang suami, maka si istri akan mengatakan bahwa ia tidak melihat kebaikan sedikitpun dari suaminya.

...mereka tidak mengingkari Allah, tapi mereka mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah diperbuat suaminya...

Demikian penjelasan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallamdalam hadits yang diriwayatkan Bukhari (5197).

Mengingkari suami dan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan suami!!

Inilah penyebab banyaknya kaum wanita berada di dalam neraka. Mari kita lihat diri setiap kita… kita saling introspeksi… apa dan bagaimana yang telah kita lakukan kepada suami-suami kita?
Jika kita terbebas dari yang demikian, alhamdulillah. Itulah yang kita harapkan. Berita gembira untukmu wahai saudariku.
Namun jika tidak, kita (sering) mengingkari suami, mengingkari kebaikan-kebaikannya… maka berhati-hatilah dengan apa yang telah disinyalir oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam . Bertobat adalah satu-satunya pilihan untuk terhindar dari pedihnya siksa neraka. Selama matahari belum terbit dari barat, atau nafas telah ada di kerongkongan… masih ada waktu untuk bertobat. Tapi mengapa mesti nanti? Mengapa mesti menunggu sakaratul maut?
Janganlah engkau katakan besok dan besok wahai saudariku, kejarlah ajalmu, bukankah engkau tidak tahu kapan engkau akan menemui Robb mu?

“Tidaklah seorang istri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan isterinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami bagimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju kami.” (HR. At-Tirmidzi, hasan)

Wahai saudariku, mari kita lihat, apa yang telah kita lakukan selama ini? Jangan pernah bosan dan henti untuk introspeksi diri. Jangan sampai apa yang kita lakukan tanpa kita sadari membawa kita kepada neraka, yang kedahsyatannya tentu sudah Engkau ketahui.

...Jika suatu saat muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami, janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan...

Jika suatu saat muncul sesuatu yang tidak kita sukai dari suami, janganlah kita mengingkari dan melupakan semua kebaikan yang telah suami kita lakukan.

“Maka lihatlah kedudukanmu di sisinya. Sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad)