Minggu, 13 Juli 2014

~Mengembalikan Wibawa Masyarakat Sipil yang Demokratis dan Beradab~



Tagline: #Menolak Hasil KPU itu Subversif (Melawan Negara)

Mestinya kini rakyat Indonesia tengah bangga, karena pemilu berlangsung lancar. Idealnya kita sedang bergembira menunggu KPU mengumumkan Presiden kita yang baru. Sayangnya, klaim kemenangan prematur merusak suasana, menguras energi sia-sia, membuat kita khawatir perang saudara.

Andai setiap pasangan calon presiden elegan bersikap negarawan, menanamkan mental SIAP MENANG dan SIAP KALAH kepada pendukungnya. Andai tuduhan kecurangan tidak lagi dikumandangkan. Andai lembaga survei dan media tidak menghasut rakyat untuk merendahkan kredibilitas KPU.

Maka Polri tidak perlu mengeluarkan protap no.1, perintah TEMBAK DI TEMPAT para perusuh. TNI tidak perlu manuver pesawat tempur dan menyiagakan angkatan perang, SIAGA 1, level darurat perang. Ahli ketatanegaraan tidak pelu membangunkan trauma kita kepada UU SUBVERSIF, karena menolak KPU memang melawan negara dan merusak ketatanegaraan.

Sekarang, mari kita kembalikan wibawa kita sebagai masyarakat sipil yang beradab. Taat azas, paham etika dan mengerti konstitusi. Jangan sampai TNI-Polri justru yang mengajarkan kita cara dan etika demokrasi.

Maka wibawa sbg masyarakat madani (civil society) harus kita tegakkan:
1. Tahan diri dari mengklaim kemenangan dini secara sepihak. Tempatkan KPU di posisi terhormat, sebagai WASIT penentu Pilpres. Tempatkan MK terhormat, sebagai penengarai perselisihan.
2. Hentikan mendewakan Quick Count. Ingatlah, Quick Count sering salah, berbeda dengan Real Count KPU: di sejarah Pilpres 2004, di rekam jejak Pilkada Jawa Barat 2013.
3. Lampiaskan rasa penasaran atau curiga kita dengan meneliti atau hitung sendiri semua suara dalam format pdf C1 yang ada di website KPU ini (link telampir di comment).
4. Cross check kebenaran data C1 di TPS kita sendiri dan pastikan tidak salah. Cek kelengkapan tandatangan anggota KPPS dan saksi pasangan calon presiden idola kita sendiri.
5. Persiapkan mental Siap Menang – Siap Kalah, tanamkan kebesaran jiwa dalam diri.

Diatas semuanya, jangan lupa petik hikmahnya. Pilpres in telah mengajarkan kita menjadi pribadi lebih demokratis. Pilpres ini memperbaiki kualitas demokrasi kita. Menjadikan negara kita kian berwibawa dan dihormati di mata dunia.

Terhadap generasi penerus, jadikan ini warisan kita. Warisan proses pergantian kepemimpinan elegan dan harmonis. Mari kita dukung siapapun yang nanti ditetapkan KPU. Itulah pemimpin terbaik kita, yang sah dan dipercaya rakyat Indonesia.

Bukankah sesederhana itu yang kita mau?

~2014 adalah Tahun Pencerahan bagi Kita, para Saksi/Pelaku Sejarah~



Menyikapi kekhawatiran di tanah air ttg kedatangan BC dan agendanya ke Indonesia jelang pengumuman KPU, sikap saya sangat sederhana:

1. Mengusulkan agar kedatangan BC ditunda setelah lebaran. Lebih mengusulkan lagi agar beliau mengutamakan berkunjung ke jalur Gaza, yang saat ini tengah dilanda tragedi kemanusiaan. Pembantaian warga sipil, terutama anak-anak dan wanita. Ada pelanggaran HAM sangat berat tengah berlangsung disana, di era modern ini.

2. Bila BC tetap memaksa datang, jgn salahkan rakyat Indonesia bila menolak. Wajar mereka curiga ada agenda terselubung. Krn momentumnya jelang pengumuman KPU. Masa mantan pemimpin dunia tidak punya kepekaan? Sebaiknya ditunda setelah lebaran, sambil menikmati ketupat dan opor ayam.

3. Bila tetap datang, mungkin sudah takdirnya begitu jalannya. Sehingga, justru rakyat yg semula ragu dgn kabar adanya pemihakan atau tekanan asing dalam urusan domestik dan politik indonesia, akhirnya malah semakin tersadar. Terbuka mata dan pikirannya. Pasti akhirnya rakyat akan bersikap. Akan serentak bangkit dan berpihak pada kemandirian dan kepentingan bangsanya.

Overall, secara keseluruhan, pemilu tahun 2014 ini, telah sangat banyak memberikan pelajaran bagi generasi muda Indonesia. Telah membuka sangat banyak fakta-fakta yg rakyat tak pernah sadari sebelumnya. Ini pendidikan politik, yang luar biasa. Mematangkan demokrasi.

Jadi tahun 2014 ini, esensinya adalah TAHUN PENCERAHAN bagi seluruh rakyat Indonesia. TAHUN PENCERDASAN bagi rakyat Indonesia yg kian tercerahkan.

Jadi, kita mari bersiap menjadi saksi atas rentetan peristiwa sejarah bangsa ini. Wajar dan pantas kita bangga sebagai SAKSI sekaligus PELAKU sejarah kebangkitan bangsa. Akur kan?