''Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.'' (QS Alnahl [16]: 18).
Bersyukur merupakan salah satu kewajiban setiap orang kepada Allah. Begitu wajibnya bersyukur, Nabi Muhammad yang jelas-jelas dijamin masuk surga, masih menyempatkan diri bersyukur kepada Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan, Nabi selalu menunaikan shalat tahajud, memohon maghfirah dan bermunajat kepada-Nya. Seusai shalat, Nabi berdoa kepada Allah hingga shalat Subuh.
Bersyukur merupakan salah satu ibadah mulia kepada Allah yang mudah dilaksanakan, tidak banyak memerlukan tenaga dan pikiran. Bersyukur atas nikmat Allah berarti berterima kasih kepada Allah karena kemurahan-Nya. Dengan kata lain, bersyukur berarti mengingat Allah yang Mahakaya, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Penyantun.
Para ulama mengemukakan tiga cara bersyukur kepada Allah.
Pertama, bersyukur dengan hati nurani. Kata hati alias nurani selalu benar dan jujur. Untuk itu, orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan detak hati yang paling dalam, kita sebenarnya mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh setiap detik hidup kita tidak lain berasal dari Allah. Hanya Allahlah yang mampu menganugerahkan nikmat-Nya.
Kedua, bersyukur dengan ucapan. Lidahlah yang biasa melafalkan kata-kata. Ungkapan yang paling baik untuk menyatakan syukur kita kepada Allah adalah hamdalah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, ''Barangsiapa mengucapkan subhana Allah, maka baginya 10 kebaikan. Barangsiapa membaca la ilaha illa Allah, maka baginya 20 kebaikan. Dan, barangsiapa membaca alhamdu li Allah, maka baginya 30 kebaikan.''
Ketiga, bersyukur dengan perbuatan, yang biasanya dilakukan anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada manusia sebaiknya dipergunakan untuk hal-hal yang positif. Menurut Imam al-Ghazali, ada tujuh anggota tubuh yang harus dimaksimalkan untuk bersyukur. Antara lain, mata, telinga, lidah, tangan, perut, kemaluan, dan kaki. Seluruh anggota ini diciptakan Allah sebagai nikmat-Nya untuk kita. Lidah, misalnya, hanya untuk mengeluarkan kata-kata yang baik, berzikir, dan mengungkapkan nikmat yang kita rasakan. Allah berfirman, ''Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).'' (QS Aldhuha [93]: 11).
Sabtu, 13 Desember 2014
Kamis, 11 Desember 2014
Do’a Untuk Anakku: Selamat Ulang Tahun
Do’a Untuk Anakku: Selamat Ulang Tahun
Segala puji bagi Allah SWt, yang awal tanpa yang awal
sebelum-Nya, yang akhir tanpa yang akhir sesudah-Nya. Mahasuci AsmaNya, Maha tampak
AnugrahNya.
Ya Allah. Sampaikan
shalawat kepada Muhammad dan keluarganya. Shalawat yang awalnya tidak terbatas,
yang batasnya tidak berujung, dan akhirnya tidak berhingga.
Ya Allah. Anugerahkan
kepadaku kelangsungan hidup anakku, panjangkan usianya, sehatkan badannya,
akhlaknya, agamanya, sejahterakan jiwa dan raganya, alirkan rezekinya melalui
tanganku, anugerahkan kepadanya kecerdasan akal dan kebeningan hati.
Bantulah aku,
mendidiknya, berbuat baik kepadanya dari sisiMu. Jadikan anakku, mendekatiku, menyayangiku,
mencintaiku.
Jadikan anakku, orang
yang baik dan takwa, yang punya pandangan dan pendengaran yang taat kepadaMu,
yang mencintai dan setia kepada kekasihMu, Muhammad SAW.
Berikan semua itu dengan
petunjuk dan rahmatMu, berikan kepada kami apa yang terbaik di dunia dan
akhirat. Amin
Selamat
ulang tahun anakku
Bequem
Saidah Kamila, 12-12-2009
Rabu, 10 Desember 2014
ILMU Vs HARTA
- Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta warisan si Qorun.
- Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta haruslah kau yang menjaganya.
- Pemilik ilmu punya banyak teman, sedangkan pemilik harta punya banyak musuh.
- Jika ilmu dipergunakan akan bertambah, sedangkan harta dipergunakan akan berkurang.
- Ilmu takkan pernah tercuri, sedangkan harta mudah dicuri.
- Pemilik ilmu akan selalu disebut mulia dan terhormat, sedangkan pemilik harta akan disebut pelit dan rakus.
- Ilmu itu abadi, sedangkan harta akan musnah.
- Ilmu akan menyinari hati, sedangkan harta akan mengeraskan hati.
- Pemilik ilmu akan diberi syafa’at di akhirat, sedangkan pemilik harta akan dihisab.
- Pemilik ilmu akan dimuliakan walaupun sedikit ilmunya, sedangkan pemilik harta disebut besar setelah banyak hartanya.
- Pemilil ilmu akan dimuliakan walaupun sedikit ilmunya, sedangkan pemilik harta disebut besar setelah banyak hartanya.
Selasa, 09 Desember 2014
Yang Belum Pernah Melakukannya
Hallo
pak Aji. Pengen ngobrol niy ???
“aku ingin curhat.” Ia membuka percakapan.
“Ada apa? Curhatlah.”
“Aku dimarahi suamiku.” Katanya
“Hah? Baru empat hari menikah udah dimarahi? Kok
bisa?” Saya sangat terkejut. Tentu saja. Sahabat saya ini baru menikah empat
hari yang lalu. Tetapi dia sudah kena marah suaminya. Bukankah selama ini kebiasaan
pengantin baru yang saling mencintai akan mesra dalam waktu yang lama?
“Iya, bahkan suamiku bilang, aku tidak patuh,
aku berdosa.” Lanjutnya. “Dia juga berkata, ‘mau aku nikah lagi?’”
“Alasannya?”
“Aku mendorong tubuhnya saat dia mendekatiku.”
Sahutnya tersipu.
“Kenapa?”
“Rasanya sangat sakit. Aku tidak bisa
menahannya. Jadi aku tidak mau.”
Ouw… Okay.
Saya tertawa, tetapi juga prihatin. Kasihan
suaminya. Padahal seorang pria ketika sudah berada dipuncak keinginannya, akan
sangat sulit mengendalikan birahinya.
Pernah saya membaca sebuah tulisan yang
berbunyi, ‘Malam pertama juga dapat menentukan kepuasan malam-malam berikutnya
bagi pasangan suami istri.’ Saya tidak sepenuhnya setuju dengan uangkapan
tersebut, tetapi jika melihat kasus yang terjadi pada sahabat saya di atas, ada
ancaman dan kekecewaan di sana. Ini karena mereka sadar telah gagal melakukan
hubungan di malam pertama mereka.
“kenapa nggak bilang kalo hubungan intim itu
sakit?”
“Sakit itu hanya sementara.”
“Tapi sakit banget.”
“Ya tentu, sakit. Sangat sakit. Ibarat selembar
kulit disayat hingga berdarah-darah. Tentu sakit. Bahkan tubuh kita akan tetap
sakit selama tiga sampai empat hari setelah itu.”
Ouw…!
Tetapi teman, apakah engkau tahu bagaimana
rasanya sakit saat melahirkan? Kata mereka yang pernah melahirkan, sakitnya
adalah seribu rasa yang dijadikan satu. Karena itulah Allah memberikan reward
yang sangat mulia bagi wanita yang meninggal karena melahirkan. Syahidah.
Jadi, sakit karena robeknya selaput dara
tidaklah seberapa jika dibanding melahirkan kelak. Jika semua diniatkan ikhlas
karena Allah, semua akan menjadi kebanggaan ketika wanita berhasil menyerahkan
mahkota paling berharganya kepada suami tercintanya. Yakinlah…, pahala Allah
juga sangat besar yang disediakan untuk itu.
Jika sakit yang sebentar dan disusul dengan
nikmat saja kita takut, lalu akan bagimana menghadapi sakit saat melahirkan
nanti?
“Aku gak kuat.”
“Apakah dia tidak melakukan perangsangan lebih
dulu?”
“Tidak. Dia masih culun.” Hmm… dengan kasus
seperti, ini pria juga tidak boleh begitu saja menyalahkan istri. Karena dia
turut bertanggungjawab, atas kesiapan mental seorang istri. Pria turut berperan
dalam membentuk rasa sakit atau nikmat yang dirasai seorang istri saat
melakukan hubungan intim. Seharusnya dia tahu itu.
Lalu, bagaimana?
Lakukanlah seperti yang diajarkan Rasulullah.
Wudhu, sholat dua rakaat bersama, berdoa, minum susu segelas berdua. Mengecup
lembut kening istri, dan mulailah dengan foreplay, untuk menumbuhkan hasrat wanita agar siap
melakukannya.
Dia mungkin akan tetap gemetar dan takut. Dia
juga dapat melukaimu dengan kuku-kuku jarinya yang menancap di kulitmu. Tetapi
jika pria pandai memainkan birahinya dengan rangsangan yang tak terputus, Insya
Allah semua akan berjalan dengan baik dan lancar. Membuahkan hasil yang
memuaskan untuk pasangan pengantin muda yang belum pernah melakukannya. Dan
malam pertama itu berjalan dengan baik. Wallahua’lam
Barokallahulakum wabaraka alaikum
wajamaabainakumaa fiikhairiin…
Berdoalah, Maka Kehidupan Anda Akan Jadi Luar Biasa
Berdoa adalah
salah satu cara untuk mempererat ikatan batin antara manusia dan Allah SWT.
Berdoa tidak hanya sekedar meminta sesuatu, karena doa-doa yang Kita lantunkan
bisa menjadi media untuk menjadi manusia yang berkualitas.
Kapan Kita berdoa? Apakah setiap hari atau hanya pada saat ada
maunya?
Saran Saya, berdoalah lebih sering. Menurut saya bahwa orang
yang rajin berdoa punya kemampuan untuk lebih percaya diri dan optimis
menjalani hidup.
Kekuatan doa juga membuat manusia jadi orang yang lebih sabar.
Ketika banyak orang tidak tahan dengan godaan dunia, orang yang sering berdoa
lebih bisa menahan diri.
Dengan kita rajin berdoa dapat mempertahankan kontrol diri. Doa
yang konsisten akan memberi kontribusi menguntungkan dalam hal pengendalian
diri manusia
Coba lihat berbagai berita setiap hari, berapa banyak kasus
kejahatan terjadi karena rasa sabar manusia makin tipis. Berapa banyak korupsi
terjadi karena manusia terlena dengan godaan dunia? Salah satu cara untuk
melindungi diri adalah berdoa.
Maka berdoalah setiap kali hati Anda tidak tenang dan setiap
kali bersyukur. Dan berdoa disaat kita ada maunya atau meminta sesuatu.
Mas Ahmad Wijaya “Ajari Aku
Bisnis”
doa saya "Pengen Jadi Juragan Martabak"
doa saya "Pengen Jadi Juragan Martabak"
Senin, 08 Desember 2014
Hal biasa dan luar biasa dari teman
Berteman dengan
orang-orang baik merupakan pilihan, siapa yang ingin menjadi baik hendaklah ia
berteman dengan orang-orang baik, karena orang yang baik akan menularkan contoh
kebaikan kepada temannya begitupula dengan teman yang memiliki sifat buruk,
perlahan-lahan ada sifat yang tanpa sadar ‘menular’ kepada temannya.
Rasulullah bersabda
yang artinya : “Agama seseorang dapat bergantung dengan temannya, hendaklah
kalian memperhatikan siapa yang kalian jadikan teman” ( Hr. Abu Daud dan Tirmidzi)
Secara tidak sengaja, perilaku baik atau buruk seseorang
begitu cepat menjangkiti orang lain, apalagi jika interaksi itu terjadi secara
rutin dan kontinu, maka efeknya tentu akan lebih dahsyat lagi. Alangkah
indahnya jika kita ‘terjangkiti’ perilaku baik dari teman-teman yang baik,
sehingga kebaikan akan tersebar dan melahirkan kebaikan lainnya.
Orang yang terbaik
adalah orang yang jika kita melihat dan berinteraksi dengan mereka mengingatkan
kita kepada Allah, dan seburuk-buruk manusia adalah orang yang jika kita
melihat dan berinteraksi dengan mereka menjauhkan kita kepada Allah dan
mendorong untuk berbuat
maksiat.
Rasulullah bersabda: “Maukah
kalian aku tunjukkan manusia terbaik diantara kalian?, sahabat menjawab,” Tentu
Ya Rasulullah, Rasul bersabda,”Sebaik-baik orang adalah yang jika kalian
melihatnya mengingatkan kepada Allah.” ( HR. Ibnu Majah )
Umar bin Khattab
berkata,” Hendaklah kalian bersama teman-teman yang baik, karena
mereka ibarat hiasan kegembiraan dan bekal dalam ujian.”
Keutamaan lain yang
dimiliki oleh teman-teman yang baik adalah doa. Doa teman yang baik
dari jauh akan dikabulkan Allah, Rasulullah bersabda,” Doa seorang mukmin
untuk saudara yang tidak berada disisinya
akan dikabulkan Allah, dibawa oleh Malaikat yang bertugas, setiap saudaranya
berdoa kebaikan malaikat berkata,” Amiin “ ( semoga Allah mengabulkan ) Dan bagimu seperti doamu ( HR. Muslim ).
Special 'without
you'
Agung Setiono
Minggu, 07 Desember 2014
Kesibukan VS Kebersamaan
Kesibukan
VS Kebersamaan
Ternyata
Kurikulum 2013 sukses menyita sebagian besar waktu, pikiran, dan tenagaku. Huh
!
Tapi,
kalau dipikir-pikir kesibukan yang seperti itu bagus juga. Terutama untuk orang
yang punya bakat sering terserang perasaan gundah atau gelisah tak menentu
(atau dalam bahasa sekarang: galau!). Dan mungkin saya termasuk di dalamnya.
Dalam
kehidupan pernikahan saya, saya mencatat ‘penyakit’ itu sangat mengganggu apalagi
di saat istri saya jadi semakin manja karena masa kehamilannya. Sering saya menjadi
terlarut dan merenunginya terus-menerus. Betapa susahnya istri saya menjalani
masa kehamilan dan melakukan kewajiban sebagai istri yang jauh dari suami harus
kuliah, mengajar, mengurusi kedua anak saya, menjaga rumah dan merawat orang
tua.
Syukur alhamdulillah, ditengah kesibukannya mengajar, kuliah, belajar,
dan sebagainya. Beliau sama seklai tidak mengeluh dengan keadaan ini, bahkan kami
jarak memisahkan kami tidak lebih dari ujian yang kami aggap adalah ibadah
mencari ridho Allah SWT. Mengobrol tak harus setiap hari. Komunikasi via
telephon kami lakukan secara intennsif. Sekedar melepas kangen dan berbagi
cerita tentang keadaan kami masing masing.
Bertemu
sekali dalam seminggi terasa sebagai anugerah yang luar biasa untuk kami .
Banyak
komentar kepada istri saya tercinta terkait kondisi kami ini. Mulai dari
candaan sampai tanggapan serius. Yang tersering dan paling
membingungkanku adalah pernyataan-pernyataan penuh rasa kasihan atau waswas
seperti contoh berikut.
1.
“Kasihan amat suaminya nggak di rumah, anak
sudah dua dan sedang mengandung pula” itu salah satunya
Alhamdulillah kami selalu saling mendampingi 24 jam
sehari, 7 hari seminggu, 12 bulan setahun, tanpa bergantung pada kuantitas
tatap muka atau mengobrol! Itu jawaban kami
2.
“Kalo saling berjauhan gitu kan banyak
godaan. Kalo masing-masing tergoda sama yang lain gimana? Itu salah satunya
InsyaAllah kami saling percaya dan
Allah yang Maha Menjaga ! Itu jawaban kami
Dengan
adanya siklus hari-hari saat tinggal seatap dan hari-hari saat berjauhan, Kami “saya
dan istri” menikmati begitu banyak hal. Aku sangat terbiasa untuk sedih dan
khawatir setiap saya pergi ke Cikarang, dan terbiasa pula untuk gembira
berbunga-bunga setiap jadwal pulang kampung.
Begitu
pula dengan istri saya. Setelah beberapa lama tidak bertemu, tingkahnya saat
bertemu kembali dengan saya tak berbeda dari ekspresi antusias dan kebahagiaan
sederhana seorang istri. Nah, jadi di mana letak kasihannya? Bukankah kami
pasangan yang sangat beruntung dan akan menjadi tak tahu diri kalau tak
mensyukurinya? (Maka nikmat mana lagi yang kau dustakan, hai manusia!)
Saat-saat
akan berpisah dan bertemu kembali selalu menjadi momen istimewa bagi kami.
Sementara itu, masa saat berjauhan di antaranya pun terasa sebagai nikmat dan
berkah tersendiri. Kami tidak hanya sama-sama mendapat kesempatan untuk
berdikari dan fokus berkarya di bidang masing-masing.
Banyak
berjauhan dan punya kesibukan masing-masing tidak pernah membuat saya maupun istri
merasa bahwa kami kurang memiliki kebersamaan. Dalam kesibukan masing-masing,
sejauh apapun kami terpisah secara geografis, kami selalu merasa menemani dan
ditemani satu sama lain. Dan saya rasa, mungkin ini ada hubungannya dengan
momen setiap akan berpisah.
“Abi
hati-hati lho ya, nggak boleh jaga
kesehatan, makan teratur, tidur jangan terlalu malam, Nggak boleh banyak makan mie instan ! Itu
membahayakan diri sendiri dan orang lain. Nanti kalau ada….” Kutipan ini adalah
contoh ucapan yang sering disampaikan istri padaksaya sebelum kami berpisah.
Bentuk
kekhawatirannya yang mungkin bagi orang lain berlebihan (karena diucapkan
berulang-ulang dan panjang lebar) inilah yang menjadi bekal bagiku selama
berjauhan dengannya. Pesan itu membuat saya merasa nyaman sekali di hati dan
perasaan.
Aku,
tentu saja, jauh lebih cerewet dan lebay:
“Aduuh nda jauh dari abi! Bunda juga jaga kesehatan bunda dan dede yang ada di
perut, banyak istrihata, selalu berfikir positif, makan buah sama sayurnya
dibanyakin, dong! Vitaminnya jangan lupa! Kalo bisa jangan sampe minum obat
tapi kalo udah terpaksa gpp dsb….blablabla…..
Dan
karena saya bisa memaksimalkan kemampuank saya untuk mengoceh terus jika tidak
dihentikan, tak ada cara lain bagi istri saya selain berjanji memenuhi
permintaank saya tersebut satu per satu…hahhaha. Saat berjauhan, kami sudah
sama-sama tenang. Saya tenang karena telah memberikan seribu pesan (meskipun
akhirnya hanya dilaksanakan satu-dua!), sementara istri saya tenang karena
melihat saya ada bersamanya melalui seperangkat doa panjang.
Jadi,
terima kasih atas perhatiannya. Tak perlu kasihan, karena kami orang-orang yang
diberi nikmat. Tak perlu waswas berlebihan, karena insyaAllah kami sepenuhnya
sadar atas ujian yang datang bersama nikmat itu dan menyerahkannya kembali
padaNya. Kami suami istri yang selalu bersama, tak pernah terpisahkan. Ini tak
ada hubungannya dengan kuantitas pertemuan fisik, karena sang hatilah yang
bertugas. Anugerah terindah dari Allah SWT untuk kami sejak 10 tahun lalu. Alhamdulillah…
Salam
bahagia
Kesibukan VS Kebersamaan
Ternyata Kurikulum 2013 sukses
menyita sebagian besar waktu, pikiran, dan tenagaku. Huh !
Tapi, kalau dipikir-pikir
kesibukan yang seperti itu bagus juga. Terutama untuk orang yang punya bakat
sering terserang perasaan gundah atau gelisah tak menentu (atau dalam bahasa
sekarang: galau!). Dan mungkin saya termasuk di dalamnya.
Dalam kehidupan
pernikahan saya, saya mencatat ‘penyakit’ itu sangat mengganggu apalagi di saat
istri saya jadi semakin manja karena masa kehamilannya. Sering saya menjadi terlarut
dan merenunginya terus-menerus. Betapa susahnya istri saya menjalani masa
kehamilan dan melakukan kewajiban sebagai istri yang jauh dari suami harus kuliah,
mengajar, mengurusi kedua anak saya, menjaga rumah dan merawat orang tua.
Syukur alhamdulillah, ditengah kesibukannya mengajar,
kuliah, belajar, dan sebagainya. Beliau sama seklai tidak mengeluh dengan
keadaan ini, bahkan kami jarak memisahkan kami tidak lebih dari ujian yang kami
aggap adalah ibadah mencari ridho Allah SWT. Mengobrol tak harus setiap hari. Komunikasi
via telephon kami lakukan secara intennsif. Sekedar melepas kangen dan berbagi
cerita tentang keadaan kami masing masing.
Bertemu sekali dalam seminggi
terasa sebagai anugerah yang luar biasa untuk kami .
Banyak komentar kepada
istri saya tercinta terkait kondisi kami ini. Mulai dari candaan sampai
tanggapan serius. Yang tersering dan paling membingungkanku adalah
pernyataan-pernyataan penuh rasa kasihan atau waswas seperti contoh berikut.
1. “Kasihan
amat suaminya nggak di rumah, anak sudah dua dan sedang mengandung pula” itu
salah satunya
Alhamdulillah
kami selalu saling mendampingi 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 12 bulan
setahun, tanpa bergantung pada kuantitas tatap muka atau mengobrol! Itu jawaban
kami
2. “Kalo
saling berjauhan gitu kan banyak godaan. Kalo masing-masing tergoda sama yang
lain gimana? Itu salah satunya
InsyaAllah kami saling percaya dan Allah yang Maha Menjaga ! Itu
jawaban kami
Dengan adanya siklus
hari-hari saat tinggal seatap dan hari-hari saat berjauhan, Kami “saya dan istri”
menikmati begitu banyak hal. Aku sangat terbiasa untuk sedih dan khawatir setiap
saya pergi ke Cikarang, dan terbiasa pula untuk gembira berbunga-bunga setiap
jadwal pulang kampung.
Begitu pula dengan istri
saya. Setelah beberapa lama tidak bertemu, tingkahnya saat bertemu kembali dengan
saya tak berbeda dari ekspresi antusias dan kebahagiaan sederhana seorang istri.
Nah, jadi di mana letak kasihannya? Bukankah kami pasangan yang sangat
beruntung dan akan menjadi tak tahu diri kalau tak mensyukurinya? (Maka nikmat
mana lagi yang kau dustakan, hai manusia!)
Saat-saat akan berpisah
dan bertemu kembali selalu menjadi momen istimewa bagi kami. Sementara itu,
masa saat berjauhan di antaranya pun terasa sebagai nikmat dan berkah
tersendiri. Kami tidak hanya sama-sama mendapat kesempatan untuk berdikari dan
fokus berkarya di bidang masing-masing.
Banyak berjauhan dan
punya kesibukan masing-masing tidak pernah membuat saya maupun istri merasa
bahwa kami kurang memiliki kebersamaan. Dalam kesibukan masing-masing, sejauh
apapun kami terpisah secara geografis, kami selalu merasa menemani dan ditemani
satu sama lain. Dan saya rasa, mungkin ini ada hubungannya dengan momen setiap
akan berpisah.
“Abi hati-hati lho ya, nggak boleh jaga kesehatan,
makan teratur, tidur jangan terlalu malam,
Nggak boleh banyak makan mie instan ! Itu membahayakan diri sendiri dan
orang lain. Nanti kalau ada….” Kutipan ini adalah contoh ucapan yang sering
disampaikan istri padaksaya sebelum kami berpisah.
Bentuk kekhawatirannya
yang mungkin bagi orang lain berlebihan (karena diucapkan berulang-ulang dan
panjang lebar) inilah yang menjadi bekal bagiku selama berjauhan dengannya.
Pesan itu membuat saya merasa nyaman sekali di hati dan perasaan.
Aku, tentu saja, jauh
lebih cerewet dan lebay:
“Aduuh nda jauh dari abi! Bunda juga jaga kesehatan bunda dan dede yang ada di
perut, banyak istrihata, selalu berfikir positif, makan buah sama sayurnya
dibanyakin, dong! Vitaminnya jangan lupa! Kalo bisa jangan sampe minum obat
tapi kalo udah terpaksa gpp dsb….blablabla…..
Dan karena saya bisa
memaksimalkan kemampuank saya untuk mengoceh terus jika tidak dihentikan, tak
ada cara lain bagi istri saya selain berjanji memenuhi permintaank saya tersebut
satu per satu…hahhaha. Saat berjauhan, kami sudah sama-sama tenang. Saya tenang
karena telah memberikan seribu pesan (meskipun akhirnya hanya dilaksanakan
satu-dua!), sementara istri saya tenang karena melihat saya ada bersamanya
melalui seperangkat doa panjang.
Jadi, terima kasih atas
perhatiannya. Tak perlu kasihan, karena kami orang-orang yang diberi nikmat.
Tak perlu waswas berlebihan, karena insyaAllah kami sepenuhnya sadar atas ujian
yang datang bersama nikmat itu dan menyerahkannya kembali padaNya. Kami suami istri
yang selalu bersama, tak pernah terpisahkan. Ini tak ada hubungannya dengan
kuantitas pertemuan fisik, karena sang hatilah yang bertugas. Anugerah terindah
dari Allah SWT untuk kami sejak 10 tahun lalu. Alhamdulillah…
Salam bahagia
Sabtu, 06 Desember 2014
Ungkapan Terdalam Untuk Bunda
Ungkapan Terdalam Untuk
Bunda
Biismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Cinta itu perlu pembuktian
Cinta seorang suami terhadap istrinya adalah seperti kerja dalam proses Membentuk, Membangun, Merawat keluarga menjadi Keluarga Sakinah mawaddah dan warokhmah.
Biismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Cinta itu perlu pembuktian
Cinta seorang suami terhadap istrinya adalah seperti kerja dalam proses Membentuk, Membangun, Merawat keluarga menjadi Keluarga Sakinah mawaddah dan warokhmah.
Materi itu relatif, tergantung penyikapan kita akan rasa syukur dengan rezeki yang diberikan Allah
Tapi menjadi Kaya adalah suatu keharusan, dan menjadi miskin harus kita hindarkan.
Maka penyeimbangan antara makna kaya dan miskin dalam lingkar relative kita sebut dengan nama
SEDERHANA tapi BERSAHAJA.
Istri kita adalah bentuk nyata dari Cinta kita padanya
Abi Cinta Bunda...
“Engkau yang menemaniku, disaat dulu aku tak punya apa-apa
Lalu perlahan, kita arungi laut kehidupan ini….
Kadang gelombang laut itu, membuat tubuh kita bergoncang-goncang
Tapi tangan kita selalu berpegangan erat Dan tak mau lepas…….
Istriku….
Aku tak pernah tahu jarak umur dan ajal kita
Tapi yang kutahu selalu
Aku ingin selalu disini
Bersamamu
Menjadi suamimu
Dan engkau adalah istriku satu-satunya
Tak tergantikan
Hingga Surga tempat kita berkumpul lagi
Bersama anak-anak kita….
Maka ditengah laut kehidupan ini
Disaat tubuh bergoncang karena gelombang
Maka yang ada dimataku
Hanya burung Camar yang terbang
Sambil bertasbih…..
“Ya Rabbana…
Karuniakanlah kebahagiaan Iman, Kebahagiaan Islam, dan Kenikmatan Dunia dan akhirat
Pada mereka, yang selalu menjaga Cinta di Langit hati Istrinya….”
Sayangku….
Aku mencintaimu,
Abi Cinta Bunda …
Karena Allah …
Selamanya tak tergantikan…..
JALANI SEMUA DENGAN NIAT IBADAH
JALANI SEMUA DENGAN NIAT IBADAH
share pengalaman pribadi
Segala puji bagi Alloh yang telah menciptakan laki-laki dan
perempuan serta menjadikan rasa kasih dan sayang di antara keduanya dan
menganugrahkan nikmat pernikahan kepada hamba-Nya, sehingga dengannya hati
menjadi tenang.
Sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi yang diutus
sebagai rahmat bagi semesta alam.
Kehidupan rumah tangga yang barakah dimulai dari memilih
pasangan hidup yang sholeh dan melalui pintu gerbangnya dengan selamat. Sering
kali laki laki dan perempuan lebih mengutamakan cinta daripada agama
pasangannya. Padahal cinta sejati adalah cinta yang tumbuh setelah menikah.
Proses menuju pernikahan yang barakah bukanlah sesuatu yang
terjadi begitu saja, tetapi memerlukan usaha yang besar dari kedua belah pihak.
Dan untuk mendapatkan pernikahan yang barakah seperti yang dicita-citakan
setiap muslim dan muslimah, tidak semudah membalikkan tangan. Pemahaman ilmu
syar’i dari masing-masing pihak memegang peran penting untuk mewujudkan
cita-cita tersebut, mengingat dalam proses tersebut banyak permasalahan yang
akan timbul. Disinilah salah satu hikmah diwajibkannya bagi setiap muslim untuk
mencari ilmu. Sebab dengan ilmu ini kita akan mampu menjalaninya dengan sabar,
istiqomah dan tetap menjaga adab dalam berusaha.
kebetulan kami menikah tahun 2004.
awalnya memang sulit, khususnya menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup.
awalnya memang sulit, khususnya menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup.
Saat ini istri saya sedang kuliah semestester akhir di
Universitas Terbuka (UT) POKJAR Purwokerto UPBJJ Slawi jurusan Pendidikan Usia
Dini jenjang strata S1.
Alhamdulillah sekarang sudah di semester 9, bahkan hari ini Minggu, 6 Desember 2014 istri
saya sedang melaksanakan Ujian Akhir
Semester hari ke-2.
Kedua anak kami : Alifa Maulina Zahra (Kelas 4 SD) dan Bequem
Saidah Kamila (12-12-2009) dan insya Allah bulan maret akan lahir anak kami yang ke-3. Semoga nanti lahir dengan
keadaan sehat jasmani dan rokhani, selamat dan berjenis kelamin laki laki. kami
mempunyai mimpi yang sangat besar sekali yakni anak-anak yang harus lebih
sukses dari kami.
Walaupun dengan segala keterbatasan, waktu,
tenaga dan financial. Menurut saya semua tergantung dari masing masing pribadi orang.
Yang benar benar harus dipahami adalah rezeki dari Allah SWT, Allahlah yang
mengatur dan rezeki bisa datang dari tangan siapa saja. Mungkin rezeki Allah datang
melalui tangan tangan orang tua kami, pekerjaan yang kami lakukan. Dan masih
banyak jalan Allah SWT memberikan kami rezeki. Kami yakin itu.
Semoga kami bisa mewujudkan impian itu dalam
waktu dekat ini
1. Semoga SK PNS saya bisa cepet di terbitan
2. Semoga Allah memudahkan urusan study istri
saya, yang insya Allah kalau tidak ada halangan bulan April 2015 wisuda
3. Semoga Keluarga kami menjadi keluarga yang di
rahmati dan di berkahi Allah SWT, menjadi keluarga yang sakinah mawaddah dan
warokhmah
4. Semoga Anak anak kami menjadi orang yang sukses dan
selalu bahagia. Menjadi genenrasi generasi baru di kampung kami tercinta. DESA
LEBAKGOWAH – LEBAKSIU - TEGAL.
Aamiin…
Kisah seekor ulat dan Nabi DAUD A.S
Dalam sebuah kitab Imam Al-Ghazali menceritakan pada suatu ketika tatkala Nabi Daud a.s. sedang duduk dalam suraunya sambil membaca kitab az-Zabur, dengan tiba-tiba dia terpandang seekor ulat merah pada debu.
Lalu Nabi Daud a.s. berkata pada dirinya, "Apa yang dikehendaki Allah dengan ulat ini?"
Sebaik sahaja Nabi Daud selesai berkata begitu, maka Allah pun mengizinkan ulat merah itu berkata-kata. Lalu ulat merah itu pun mula berkata-kata kepada Nabi Daud a.s.
"Wahai Nabi Allah! Allah S.W.T telah mengilhamkan kepadaku untuk membaca 'Subhanallahu walhamdulillahi wala ilaha illallahu wallahu akbar' setiap hari sebanyak 1000 kali dan pada malamnya Allah mengilhamkan kepadaku supaya membaca 'Allahumma solli ala Muhammadin annabiyyil ummiyyi wa ala alihi wa sohbihi wa sallim' setiap malam sebanyak 1000 kali.
Setelah ulat merah itu berkata demikian, maka dia pun bertanya kepada Nabi Daud a.s. "Apakah yang dapat kamu katakan kepadaku agar aku dapat faedah darimu?"
Akhirnya Nabi Daud menyadari akan kesalahan kerana memandang remeh akan ulat tersebut, dan dia sangat takut kepada Allah S.W.T. maka Nabi Daud a.s. pun bertaubat dan menyerah diri kepada Allah S.W.T.
Begitulah sikap para Nabi a.s. apabila mereka menyadari kesalahan yang telah dilakukan maka dengan segera mereka akan bertaubat dan menyerah diri kepada Allah S.W.T.
Lalu Nabi Daud a.s. berkata pada dirinya, "Apa yang dikehendaki Allah dengan ulat ini?"
Sebaik sahaja Nabi Daud selesai berkata begitu, maka Allah pun mengizinkan ulat merah itu berkata-kata. Lalu ulat merah itu pun mula berkata-kata kepada Nabi Daud a.s.
"Wahai Nabi Allah! Allah S.W.T telah mengilhamkan kepadaku untuk membaca 'Subhanallahu walhamdulillahi wala ilaha illallahu wallahu akbar' setiap hari sebanyak 1000 kali dan pada malamnya Allah mengilhamkan kepadaku supaya membaca 'Allahumma solli ala Muhammadin annabiyyil ummiyyi wa ala alihi wa sohbihi wa sallim' setiap malam sebanyak 1000 kali.
Setelah ulat merah itu berkata demikian, maka dia pun bertanya kepada Nabi Daud a.s. "Apakah yang dapat kamu katakan kepadaku agar aku dapat faedah darimu?"
Akhirnya Nabi Daud menyadari akan kesalahan kerana memandang remeh akan ulat tersebut, dan dia sangat takut kepada Allah S.W.T. maka Nabi Daud a.s. pun bertaubat dan menyerah diri kepada Allah S.W.T.
Begitulah sikap para Nabi a.s. apabila mereka menyadari kesalahan yang telah dilakukan maka dengan segera mereka akan bertaubat dan menyerah diri kepada Allah S.W.T.
Langganan:
Postingan (Atom)